Akhirnya aku hanya bisa bertafakkur (untuk dapat dikatakan lebih bermanfaat dari pada melamun). Waktu yang ada saya sempatkan untuk kegiatan ini di sela-sela pekerjaan yang padat. Tafakkur yang saya kerjakan adalah berfikir, membaca, dan menulis.
Tapi lama kelamaan bosan juga.
Nah ini, rasa bosan harus dihilangkan sekarang juga. Bosan adalah teman dekat setan. Para ulama dan filosof mampu mengalahkan rasa bosan yang menyerang saat belajar, sehingga hasilnya dapat dilihat sekarang. Mereka memiliki pengetahuan luas karena belajar. Sebagian besar waktunya dialokasikan belajar di perpustakaan. Membaca dan menulis diantara deretan ribuan buku menawarkan kenikmatan tersendiri. Bau khas buku menyengat hidung sebagai aroma therapy membangkitkan gairah berfikir. Buku-buku menyiapkan diri untuk sewaktu-waktu dibuka. Buku siap dibuka, ditelanjangi dan dibelai lembar per lembar. Buku sederhana tapi menjadi sumber pengetahuan. Buku teman setia para pembaca, penulis, ilmuwan, intelektual, aktivis dan semua orang yang gandrung akan pengetahuan. Membaca memang sepertinya kita diam, tapi pikiran kita bergerak bebas menembus sekat-sekat rung dan waktu, menyusuri relung-relung pengetahuan. Dalam buku-lah para ulama, ilmuwan, intelektual mengabadikan pemikiran hasil kajiannya. Buku kemudian dibaca dari generasi ke generasi sesudahnya. Dari buku satu, lahirlah buku-buku baru yang lain.
Buku adalah barang berharga bagi mereka yang mengaku pemikir.....
